1. Kutipan artikel dari Media Islam Al-Mustaqbal.net
Judul: Syaikh Ayman Zawahiri Perintahkan JN Hentikan Penyerangan Terhadap ISIS
Amir pusat Al-Qaeda Syaikh Ayman al Zawahiri pada hari Jumat
(3/5/14), memerintahkan Jabhah Al Nusrah (JN) untuk menghentikan operasi
penyerangan terhadap Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) dan
berkonsentrasi pada perang melawan rezim thagut Suriah.
Dalam pesan yang direkam diposting ke situs jihad, Syaikh Ayman
memerintahkan komandan JN, Syaikh Abu Muhammad al Jaulani untuk menahan
tangan mereka dari memerangi mujahidin ISIS, “Semua prajurit dari JN
harus segera menghentikan pertempuran mereka terhadap ISIS”.
Dalam rangka meredam fitnah dan perselisihan yang terjadi diantara
berbagai faksi jihad di Syam, Syaikh Ayman memerintahkan Syaikh Jaulani
untuk “memfokuskan dirinya memerangi musuh-musuh Islam, khususnya Baath,
Syiah dan sekutu mereka”.
(Page berita ini masih bisa diakses sampai waktu Ashar, 4 Mei 2014.
Hanyasaja, saat diakses pada pukul 21.50 WIB/ sebelum artikel ini
diupload, berita dari page ini tidak bisa diakses, page hanya
menunjukkan angka 404 dan ”Afwan, halaman yang Anda cari tidak
ditemukan”. Tetapi, jika Anda ketik judul Syaikh Ayman Zawahiri
Perintahkan JN Hentikan Penyerangan Terhadap ISIS, Google masih
menunjukkan dan merekomendasikan ke halaman Al-Mustaqbal, sebagai tanda
bahwa artikel itu dimuat di web tersebut).
Dalam kutipan di atas, terlihat jelas Media Islam Al-Mustaqbal hanya
mencomot beberapa paragraph terakhir dari rilis Syaikh Aiman. Lalu,
dibuang ke mana sebagian besar rilis, dari atas sampai bawah?
Apa kesan Anda jika membaca judul dan kutipan artikel di atas? Tentu
yang terlintas di pikiran anda adalah Jabhatu Nusrah itu salah, Jabhatu
Nusrah-lah yang memerangi ISIS, Jabhatu Nusrah lebih fokus untuk
menyerang sesama mujahidin daripada Syi’ah Bashar al Assad, Jabhatu
Nusrah adalah sumber fitnah dan Dr. Aiman mendukung ISIS dan menasihati
Jabhatu Nusrah dan lain sebagainya.
2. Kutipan dari Voa-Islam.com:
Judul: Qoul Qodim & Qoul Jadid Syaikh Aiman Tentang Status Daulah Islam Irak
Sebelum masuk ke dalam pembahasan kekontradiksian pernyataan Syaikh
Aiman yang dulu dan yang sekarang berkenaan dengan status Daulah Islam
Irak serta pernyataan petinggi-petinggi jihad tentang status Daulah
Islam Irak, kami akan mengulas kontradiksi lain tentang pernyataan
Syaikh Aiman yang berjudul Ritsa’ Syahidil Fitnah Asy-Syaikh Abi Khalid
As-Sury, di mana beliau menuduh Amrul Mu’minin Syaikh Abu Bakr
al-Baghdadi sebagai cucu Ibnu Muljim (dedengkot khawarij yang membunuh
Sayyiduna Ali), rakus kepemimpinan, al-Jahil, al-jani (kriminil) dan
lain-lain yang memilukan hati…
Ketika menetapkan status syar’i Daulah Islam Irak dan Syam sebagai
Imarah Syar’iyyah, maka dia memiliki hukum-hukum berupa hak-hak yang
dimiliki Imamah Syar’iyyah dalam perspekti SIYASAH SYAR’IYYAH, seperti
kebijakan melebarkan wilayahnya ke Syam (Suriah). Lain halnya dengan
tanzim. Adapun Al-Qaidah adalah tanzim…
Adapun isi pernyataan lain yang menyuruh Jabhah An-Nushrah untuk
menghentikan serangan-serangan kepada Daulah Islam, maka hal ini
merupakan hal yang dapat diterima. Di samping itu, pernyataan ini juga
keluar di saat Jabhah An-Nushrah terjepit di Deir Zour (Al-Khair) akibat
serangan-serangan balasan Daulah Islam Irak dan Syam…
Voa-Islam.com menukil terjemahan transkrip statement Syaikh Aiman
dari Kiblat.net seperti disampaikan dalam intro artikelnya. Tidak ada
komentar apapun dalam artikel tersebut. Tapi Voa-Islam menulis artikel
khusus yang lebih pas disebut sebagai Editorial Voa-Islam.com yang
menggambarkan sikap resmi redaksi Voa-Islam.com berjudul: Qoul Qodim
& Qoul Jadid Syaikh Aiman Tentang Status Daulah Islam Irak.
Senada dengan Al-Mustaqbal, kutipan di atas menunjukkan betapa
Voa-Islam.com lebih condong kepada ISIS dan menyudutkan Jabhatu Nusrah.
Dua statemen Syekh Aiman juga dibenturkan sehingga terkesan
kontradiktif.
3. Kutipan dari millahibrahim.wordpress.com:
Judul: Sikap Ngawur Dan Kontradiksi Adh Dhawahiriy
Upaya keramahan dari Al Hakim ini kami menganggapnya sebagai upaya
untuk menjaga sisa rasa malu yang ada di wajah organisasi Al Qa’idah
yang telah ditumpahkan oleh Al Hakim setelah ia berbuat buruk kepada
Daulah dan qiyadah-nya di dalam Statement-nya yang lalu.
Ia adalah statement keramahan yang bersyarat yaitu Daulah harus mau
menerima tuntutan dan keinginan qiyadah Tandhim supaya Amir Daulah itu
menjadi cucu Al Husen, dan kalau tidak mau mengikuti tuntutan qiyadah
Tandhim maka Amir Daulah itu menjadi cucu Ibnu Muljam dan Dzul
Khuwashirah!.
Dan statement ini juga adalah kekhawatiran dari kudeta cabang-cabang
Al Qa’idah terhadap qiyadah Tandhim dan lepasnya tongkat kepemimpinan
dari tangannya; terutama di Jazirah Arab dan Somalia yang telah nampak
dari qiyadah dua cabang ini sikap kegeraman dan kedongkolan terhadap
qiyadah Tandhim setelah statement perubahan yang nampak yang menyerang
Daulah dan Qiyadahnya.
Dan statement ini juga adalah tamparan di wajah setiap orang yang
menuduh manhaj Daulah sebagai Khawarij dan mensifati qiyadahnya sebagai
anjing-anjing ahli neraka dari kalangan srigala-srigala dan sapi-sapi
jihad.
Dan ia juga adalah ujian bagi Jabhah Al Jaulaniy; untuk mengetahui
sejauh mana ketaatan dan kesetiaan mereka kepada Amir mereka, serta
penyambutan mereka terhadap perintahnya dalam menghentikan penyerangan
dan aniaya serta koalisi-koalisi busuk dengan pihak-pihak yang hina
dalam memarangi Daulah…. Dst dst dst…
Sebenarnya, masih panjang lagi ulasan dari Ustad Aman Abdurrahman
dalam mengomentari Syaikh Aiman Al-Zawahiri. Tapi beberapa potongan
paragraf di atas nampak sudah sangat jelas bagaimana beliau menyikapi
statement orang nomor satu di Al-Qaidah tersebut!
Kalau seorang pembaca berita dan
Artikel di atas jelli jelas akan menceraiberaikan maksud dan tujuan
Syaikh Aiman agar konflik tidak berkepanjangan yang menjadi latar
belakang munculnya statement. Alih-alih membuat mujahidin bersatu,
pernyataan dan analisa seperti di millah Ibrahim hanya akan membuat
jurang pemisah di barisan mujahidin semakin terbuka lebar. Belum
ditambah analisa yang melebar, menyangkut beberapa cabang Al-Qaidah di
luar Syam.
Siapakah yang diuntungkan dengan pernyataan seperti ini? Inikah yang
dimaui oleh situs Millah Ibrahim? Inikah yang dimaui oleh Ustad Aman
Abdurahman ?
4. Judul artikel dari Arrahmah.com:
Judul: Seruan Syaikh Aiman Az-Zhawahiri agar ISIS bertaubat dan kembali kepada kepemimpinan Al-Qaidah
Dalam artikel ini, Arrahmah.com tidak memberikan ulasan atau komentar
khusus atas rilis terbaru Syaikh Aiman. Tapi dari berbagai berita yang
setiap hari diupload, Arrahmah.com nihil dari memberitakan kebaikan
ISIS. Seluruh berita Arrahmah.com berkutat pada Jabhatu Nusrah, Ahrar
As-Sham, Jabhah Islamiyah, dan faksi jihad selain ISIS.
Apa yang terlintas di pikiran Anda ketika membaca judul artikel Arrahmah.com di atas?
Tentu yang terlintas dipikiran adalah ISIS penuh dosa sampai-sampai
diminta bertaubat, ISIS bermaksiat kepada Qiyadah Al-Qaeda, ISIS sering
memunculkan fitnah, dst,dst, dst.
Padahal di bagian bawah rilis, Syaikh Aiman juga memberikan beberapa
nasihat kepada Jabhatu Nusrah dan Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani. Bagian
ini dibuang ke mana?
5. Kutipan artikel dari Kiblat.net:
Judul: Inilah Penegasan Al-Qaidah untuk JN dan ISIS
Yang menarik, Syaikh Aiman mengaku sebenarnya ia telah memutuskan
untuk tidak lagi berbicara masalah fitnah yang terjadi di antara
mujahidin di Syam. “Saya telah memutuskan untuk mencukupkan diri dalam
berbicara terkait masalah fitnah yang terjadi antara mujahidin di Syam.”
Namun, atas seruan Syaikh Hani As-Sbai’i, akhirnya penerima tongkat
estafet Al-Qaidah setelah Syaikh Usamah syahid itu kembali angkat
bicara.
Sikap yang independen dan seimbang ditunjukkan oleh Kiblat.net.
Kiblat.net tampak mencoba independen dan seimbang dalam pemberitaan,
menjunjung tinggi husnudzan kepada setiap faksi mujahidin terlepas
adanya kekurangan dan perbedaan pendapat dikalangan mujahidin.
Bagaimanapun juga, media Islam punya PR untuk pendewasaan umat.
Terakhir, apa resep yang bisa membuat umat ini menjadi dewasa?
Beliau Ust. Abu Rusydan dalam sebuah wawancara mengatakan bahwa
kesalahan terbesar umat Islam atau pihak yang memperhatikan Islam dan
kaum muslimin di dunia Islam adalah ketika umat membicarakan, melihat
dan memperbincangkan apa yang terjadi di dunia Islam hari ini yang tidak
terkait dengan dirinya langsung, seakan-akan umat berbicara tentang
sesuatu yang lain atau sesuatu yang jauh. Seolah-olah tidak membicarakan
dirinya sendiri.
”Mestinya kembali kepada ketentuan bahwa:
”Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh
mengkhianatinya, tidak boleh membohonginya, dan tidak boleh
menelantarkannya.” (HR. Tirmidzy, beliau mengatakan hadits ini Hasan
Gharib).
Jadi kalimat pertama yang harus diingat dalam hati kita, pikiran
kita, kesadaran kita, dan seluruh totalitas kita adalah: ketika kita
membicarakan isu tentang kaum muslimin di manapun juga, itu seolah-olah
kita sedang membicarakan diri kita sendiri, itu yang penting
sebenarnya.”
Kemudian yang perlu disadari adalah:
”Setiap muslim atas muslim yang lain, haram kehormatannya, hartanya
dan darahnya. Takwa adalah di sini. Cukuplah seseorang itu menjadi jahat
jika menghina saudaranya yang muslim.”(HR. Tirmidzy, beliau mengatakan
hadits ini Hasan Gharib).
”Jadi di sini, meski kita tidak terlibat dalam peperangan atau saling
bunuh, tetapi kalau kita juga ikut MENCEMARKAN SALAH SATU PIHAK YANG
KITA SENDIRI BELUM PAHAM, itu sama saja melanggar larangan yang
disebutkan dalam hadits tadi.”
”Kalaulah tidak sampai pada pertumpahan darah, tapi kalau kita
menganggap enteng, menghinakan seorang muslim, itu sudah merupakan
bentuk kesalahan. Jadi, hanya dengan menganggap enteng, apalagi sampai
menghinakan, itu sudah merupakan sebuah kejahatan bagi seorang muslim
apabila itu diarahkan kepada muslim yang lain.”
Renungan “Perang Fans di Dunia Jihad”
Dunia jihad kadang seperti dunia bola dan gadget. Ada harakah yang
disuka dan jadi idola seperti halnya kesebelasan atau merk ponsel
favorit. Jika MU dan Iphone punya fans berat, maka Al-Qaidah ataupun
ISIS pun punya pendukung fanatik.
Karakter fans dan pendukung fanatik tak jauh beda. Menyukai grup,
gadget atau harakah favoritnya. Ini wajar, permainan yang cantik,
performa yang mumpuni atau amaliyat yang sukses memang melahirkan cinta
dan rasa memiliki.
Seperti wala yang selalu diiringi baro’, cinta juga selalu disertai
benci. Dalam aqidah patokannya jelas: wala pada tauhid, baro’ pada
syirik. Cinta pada keimanan dan benci pada kekufuran. Dua hal tadi
diekpresikan secara intens dan mendalam, dengan tangan, lisan dan hati
Sebaliknya, dalam dunia bola dan gadget, ekspresi cinta dan bencinya
terlalu sumir dan dangkal. Stiker, bendera dan kaos sudah cukup
melambangkan cinta. Sementara kebencian pada grup dan merk rival
diekspresikan dengan grafiti ejekan dan celaan.
Seharusnya, wala pada harakah jihad diiringi baro’ pada thaghut dan
musuh jihad dari kalangan kafir atau munafik. Pada prakteknya hal ini
kerap terlupa. Yang terjadi justru wala dan baro’ ala fans grup bola
atau penggemar merk ponsel tertentu.
Salah satu yang terburuk adalah mencela harakah jihad lain tanpa
dasar syar’i. Bahkan tanpa ilmu yang memadai. Ini biasanya seiring
dengan fanatik membabi buta pada harakah idolanya.
Modus yang sering terjadi adalah merendahkan ulama atau mujahid lain
yang dianggap “rival.” Kebaikannya tak sudi dilihat, sementara isu
seremeh apapun dibesar-besarkan. Bahkan isu yang dibuat oleh musuh pun
ditelan mentah-mentah.
Sebaliknya, setiap kritik terhadap harakah idolanya akan dihadapi
dengan amarah dan tuduhan keji. Meski ilmiah dan membangun, kritik itu
akan dianggap sebagai serangan pada sang idola.
Padahal si fans yang fanatik itu bukan mujahid betulan. Ia cuma
dibelakang layar komputer atau ponsel. Menikmati jadi penonton dan
komentator dengan keyboard atau keypadnya.
Efek yang buruk dari komentar fans model begitu adalah
membesar-besarkan perselisihan di kalangan mujahidin. Alih-alih berdoa
agar Allah merapatkan shaf mujahidin, ia malah memperuncing persoalan.
Ia juga memindahkan konflik dari medan-medan jihad semisal Suriah ke
negerinya sendiri. Bukannya menyerang lawan dari kalangan thaghut dan
kuffar, ia selalu mencari musuh dari sesama pendukung jihad.
Gejala ini tidak sehat. Dukungan terhadap harakah jihad harus
diwujudkan dalam bentuk positif, demikian pula kritik terhadapnya.
Dukungan dan kritik sehat inilah yang harus dibangun, bukan fanatisme
buta ala suporter bola. Wallahu a’lam.
Kata kuncinya adalah:
Marilah kita menutup setiap celah yang bisa dimanfaatkan oleh para
musuh Allah untuk memperkeruh suasana, yang celah itu muncul dari
perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan mujahidin. Berhentilah untuk
membicarakan aib mujahidin, karena itu adalah celah yang akan
dimanfaatkan oleh setan jin dan manusia. Inilah yang tampaknya perlu
direnungkan bersama (Lasdipo/Mush’ab)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar